Rabu, 07 September 2016

Gejala Kekurangan Kalium pada Tanaman



Gejala Kekurangan Kalium pada Tanaman
Kekurangan Kalium pada tanaman akan menimbulkan gejala yang khusus pada tanaman.  Misalnya pada alfalfa : munculnya bercak-bercak putih pada pinggir daun.  Pada Jagung dan rumput : terjadi klorosis dan nekrosis pada pinggir-pingir daun. Batang menjadi lemah dan mudah rebah atau patah dan pada keapa sawit telihat gejala bintik-bintik kuning yang apabila diterawang saat ada cahaya, maka akan tembus bintik uning tersebut.  Gejala kekurang K ini dimulai dari daun bawah karena Kalium bersifat mobil di dalam tanaman.
Kekurangan kalium pada umumnya menunjukkan gejala-gejala seperti becak-becak dan atau keriput-keriput pada daun. Becak-becak ini meliputi seluruh permukaan daun kecuali pada tulang tengah, dan selanjutnya daun berkeriput mengering.  Berbeda dengan nitrogen dan fosfor, gejala kekurangan kalium yang spesifik jarang timbul pada waktu tanaman masih muda. Oleh karena itu kekurangan kalium sering tidak diketahui.
Gejala-gejala di bawah ini menunjukkan gejala kekurangan kalium pada beberapa tanaman:
a)      Gejala pada bagian Daun antara lain daun-daun tanaman yang kekurangan kalium berwarna tua dengan becak-becak seperti karat, memberi gambaran kotor pada daun. Becak-becak mula-mula timbul pada bagian atas daun-daun tua. Pucuk dan tepi helaian daun menjadi nekrosis, berwarna coklat kemerahan atau coklat kekuningan. Daun-daun mati sebelum waktunya setelah tanaman berbunga, sering terjadi. Daun-daun tua menunduk, terutama waktu tengah hari, dan daun-daun muda menggulung menyerupai tanaman kekurangan air.
b)      Gejala pada bagian Batang adalah batang pendek dan kecil sehingga tanaman kerdil. Banyak varietas yang kekurangan kalium lebih mudah rebah.
c)      Anakan, kecuali dalam keadaan kekurangan kalium yang berat, anakan tidak dapat dipengaruhi oleh kekurangan kalium.
d)     Malai tanaman yang kekurangan kalium menjadi pendek, mempunyai presentase kehampaan yang tinggi.
e)      Gabah, jumlah gabah per malai sedikit, ukurannya kecil dan bentuknya tidak rata; kualitas dan berat per  1000 butir rendah. Apabila kulit gabah dibuang, beras kehilangan bentuk seperti yang sehat. Presentase gabah yang tidak masak dan tidak berkembang meningkat.
f)       Akar, akar tanaman yang kekurangan kalium umumnya kurang berkembang. Akar kecil-kecil dan pendek dengan cabang dan akar rambut yang kecil. Warna akar sering berubah menjadi coklat tua sampai hitam, menandakan akar  yang busuk.
Timbulnya penyakit helminthosporium, piricularia, cercospora, dan kresek, sering merupakan petunjuk kekurangan kalium yang laten atau akut, atau serangan menjadi lebih berta karena kekurangan kalium atau dalam keadaan tak seimbang antara nitrogen dan kalium.  Penyakit fisiologis yang timbul pada tanah-tanah yang keadaannya buruk, secara langsung berhubungan dengan absorbsi kalium yang kurang. Kalium menolong menyembuhkan penyakit bronzing yang disebabkan keracunan besi. Kalium mengurangi kerusakan akar karena sulfida hidrogen atau senyawa-senyawaan organis.
Kebutuhan tanaman akan K cukup tinggi dan akan menunjukkan gejala kekurangan apabila kebutuhannya tidak mencukupi. Dalam keadaan demikian maka terjadi translokasi K dari bagian-bagian yang tua ke bagian-bagian yang muda. Dengan demikian gejalanya mulai terlibat pada bagian bawah dan bergerak ke ujung tanaman.  Berbeda dengan N, S, P dan beberapa unsur lain, K tidak dijumpai di dalam bagian tanaman seperti protoplasma, lemak dan selulosa. Fungsinya nampaknya lebih bersifat katakisator.
Kalium terdapat di dalam cairan sel dalam bentuk ion-ion K+ yang mempunyai sifat dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan. Secara fisiologis K mempunyai fungsi mengatur pergerakan stomata dan hal-hal yang berhubungan dengan cairan sel. Unsur K berperan mengatur membuka dan menutupnya sel-sel stomata tanaman, sehingga mempengaruhi transpirasi. Bila kandungan unsur K tinggi maka sel-sel stomata tanaman menutup, sehingga penguapan akan berkurang atau menurun. Kalium berperan dalam fotosintesis, respirasi, aktivitas enzim, dan pembentukan karbohidrat, sehingga pemberian K berpengaruh terhadap bobot kering tanaman seperti gladiol dan tanaman melati (Hakim, 1986).
Unsur hara kalium di dalam tanah selain mudah tercuci, tingkat ketersediaanya sangat dipengaruhi oleh pH dan kejenuhan basa. Pada pH rendah dan kejenuhan basa rendah kalium mudah hilang tercuci, pada pH netral dan kejenuhan basa tinggi kalium diikat oleh Ca. Kapasitas tukar kation yang makin besar meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan K, dengan demikian larutan tanah lambat melepaskan K dan menurunkan potensi pencucian (Dirjen Pendidikan Tinggi,1991).

Kekurangan unsur Kalium [K+]
Add caption

Gejala kekurangan unsur hara kalium [K+]menyebapkan daun berwarna merah yang berlahan –lahan mengering [nekrosis] pada awal terdapat bintik – bintik berwarna kuning kemerahan yang selanjutnya berubah merah semua dan ahirnya mengring.


Gejala kekurangan Nitrogen [N]

Kekurangan Nitrogen ditunjukan dengan daun menguning [klorosis] mulai dari ujung anak daun dan menjalar ke pelepah yang tadinya berwarna hijau menjadi kekuningan, kekurangan unsur [N] menyebapkan pertumbuhan titik tumbuh terhambat yang berdampak produksi hormon auksin menjadi terganggu, yang akibatnya tanaman sawit gagal memproduksi bunga betina. Pada tanaman sawit hormon auksin sangat berpengaruh terhada pembentukan bunga betina yang merupakan cikal – bakal pembentukan TBS. demikian juga sebaliknya kelebihan unsur  [N] membuat tanaman mandul [tidak berbunga betina, ataupun bunga jantan]. Karena tanaman hanya memproduksi daun dan pelepah secara berlebih, 


Kekurangan Boron [B3+]
Kekurangan unsur [B3+] menyebapkan tanaman tidak normal dan terkesan cacat daun tumbuh membengkok, pendek sehingga ujung pelepah melingkar, anak daun pada ujung pelepah muda berubah bentuk menjadi kecil seperti rumput, atau tumbuh rapat pendek seolah – olah bersatu dan padat. Kekurangan Borat dan N menyebapkan tanaman menjadi mandul permanen dan penyimpangan gen seolah – olah terse3rang virus.


Kekurangan phospate [P] 

Kekurangan phospat pada tanaman muda menyebapkan pertumbuhan menjadi sangat tidak normal anak daun dan pelepah menjadi kemerah – merahan dan batang tumbuh meruncing pada bagian atas mengecil sepeti pensil. Kekurangan  [P dan K] secara bersamaan menyebapkan tanaman menjadi mandul dan ntanaman menjadi kusam, tidak mengkilat, pad TBS menyebapkan buah tidak bisa tumbuh normal dan kada rminyak sangat rendah dan keriput.

Senin, 04 April 2016

Palm Bunch Ash Spesification

Palm Bunch Ash
Potash of high alkaline value of 13/14 is very suitable for neutralising acidic soil. This potash is an invaluable component in the formation of compound fertilizer. It can also be granulised for direct application in fields.


Palm Bunch Ash (POTASH)(Powder Form)
Specification and Composition
Citric Acid Soluble Potash : 35% Min
Water Soluble Potash : 30% Min
Moisture :   7% Max
Size : 0-5mm
PACKING SIZE
25KG or 40 KG PP WOVEN BAG WITH INNER PLASTIC LINER OF 800 or 500 BAGS PER 20FT FCL (20 METRIC TONS)

Palm Bunch Ash (POTASH)(Granular Form)
Specification and Composition
Citric Acid Soluble Potash : 30% Min
Water Soluble Potash : 30% Min
Moisture : 10% Max
Size : 2-5mm
PACKING SIZE
20KG PP WOVEN BAG WITH INNER PLASTIC LINER OF 1000 BAGS PER 20FT FCL (20 METRIC TONS)     

Senin, 04 Januari 2016

Kami CV.Sanjaya Multi Artha menyediakan abu Janjangan sawit min K20 30% ,,quota 250 Ton/bulan


Kamis, 21 Maret 2013

Anda membutuhkan Abu Janjang Kelapa Sawit? Hubungi Haris Sanjaya 0812 6036 8127, Sumber Alternatif Kalium Terbaik dengan HARGA MURAH.
Abu Janjang Kelapa Sawit Medan.


      Telah dilakukan penelitian pemanfaatan abu janjang dari limbah pabrik kelapa sawit sebagai sumber unsur kalium untuk tanaman padi. Abu janjang mengandung sebesar 18,48% K2O, 3,51% Mg, 2,40% Ca, dan 1,95% P2O5. Berdasarkan kandungan unsur hara K, pemberian 325 kg/ha abu janjang setara dengan pemberian 100 kg/ha pupuk KCl. Percobaan lapangan dilakukan di Ciparay, pada ketinggian tempat 672 m 
di atas permukaan laut, dari bulan Oktober 1998 sampai bulan Maret 1999.
     Penelitian  menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan tujuh perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan terdiri dari abu janjang dengan dosis 81,25; 162,50; 243,75; 325, dan 406,25 kg/ha, pupuk KCl pada dosis 100 kg/ha, dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian abu janjang pada dosis 406,25 kg/ha memberikan hasil tertinggi terhadap produksi, komponen produksi (jumlah malai/rumpun, jumlah butir/malai, dan berat 1000 butir (gabah bernas), kandungan K pada tanaman dan berat kering tanaman. Pada percobaan yang dilakukan pemberian abu janjang pada dosis 325 kg/ha dapat menggantikan pupuk anorganik KCl 100 kg/ha KCl.
       Hasil penelitian ini memberikan manfaat terhadap produksi tanaman padi dan menjaga lingkungan. Efektivitas pengelolaan abu janjang sebagai sumber pupuk kalium ini perlu didukung oleh kebijakan-kebijakan pemerintah.




Abu janjang adalah hasil pengabuan secara perlahan-lahan dari janjangan kosong di dalam incinerator.  Produksi abu janjang adalah sekitar 0.5% dari TBS.  Abu janjang mempunyai kandunganhara Kalium (K) yang tinggi dan dapat dipakai sebagai pengganti pupuk MOP.  Satu kilo gram abu janjang setara dengan 0.6 kg MOP.
Aplikasi abu janjang bertujuan untuk menggantikan pupuk MOP dan sebagai bahan pengapuran untuk menaikkan pH tanah.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan dengan abu janjang di tanah gambut lebih efektif dibanding dengan pemupukan MOP.
  Sangat alkalis (pH = 12).
   Sangat higroskopis (mudah menyerap uap air dari udara).
   Mengiritasi tangan karyawan (menyebabkan gatal-gatal dan memperparah luka).
   Hara yang terkandung di dalamnya amat mudah larut di dalam air.
karena sifat-sifat abu janjang tersebut, maka abu janjang harus cepat diaplikasikan (tidak boleh disimpan lama), penyimpanannya harus baik (dalam kantong plastik, tidak langsung dalam karung goni) dan selalu diperlakukan dengan hati-hati.

Aplikasi abu janjang diprioritaskan untuk areal gambut/tanah masam.  Pada tanah gambut, selain pada TM abu janjang juga diberikan pada TBM tahun ke-2 dan ke-3.  Pada tanah mineral, abu janjang hanya diberikan pada TM.
Untuk tanah gambut dan tanah masam acid-sulphate, abu janjang diberikan tiap tahun.  Untuk daerah tanah masam bukan acid-sulphate (pH 4-5), abu janjang hanya diberikan sekali saja dalam 6 bulan. 

Tandan kosong kelapa sawit sebagai limbah padat dapat dibakar dan menghasilkan abu tandan. Abu tersebut ternyata mengandung 30 - 40% K2O, 7% P2O5, 9% CaO dan 3% MgO. Selain itu  juga mengandung unsur hara mikro yaitu 1.200 ppm Fe, 1.000 ppm Mn,  400 ppm Zn, dan 100 ppm Cu.
Sebagai Gambaran Umum bahwa pabrik yang mengolah kelapa sawit dengan 1.200 ton TBS/hari akan menghasilkan abu tandan sebesar 10.8% atau sekitar 129.6 ton abu/hari, setara dengan 5.8 ton KCL, 2.2 ton Kiserite dan 0.7 ton TSP. dengan penambahan polimer tertentu pada abu tandan dapat dibuat pupuk butiran berkadar K2O 30 - 38% dengan pH 8 - 9

          Kelangkaan pupuk KCL yang kerap kali dihadapi oleh perkebunan dapat diatasi dengan menggantinya menggunakan abu tandan. Biaya produksinya pun lebih rendah dibandingkan dengan harga pupuk KCL.

Selasa, 19 Februari 2013




Abu janjang adalah hasil pengabuan secara perlahan-lahan dari janjangan kosong di dalam incinerator.  Produksi abu janjang adalah sekitar 0.5% dari TBS.  Abu janjang mempunyai kandunganhara Kalium (K) yang tinggi dan dapat dipakai sebagai pengganti pupuk MOP.  Satu kilo gram abu janjang setara dengan 0.6 kg MOP.
Aplikasi abu janjang bertujuan untuk menggantikan pupuk MOP dan sebagai bahan pengapuran untuk menaikkan pH tanah.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan dengan abu janjang di tanah gambut lebih efektif dibanding dengan pemupukan MOP.



ABU JANJANG
A. Sifat dan Nilai Abu Janjang
a. Abu janjang adalah hasil pengabuan secara perlahan-lahan dari janjangan kosong di dalam incinerator. Produksi abu janjang adalah sekitar 0,5 % dari TBS.
b. Abu janjang mempunyai kandungan hara Kalium (K) yang tinggi dan dapat dipakai sebagai pengganti pupuk MOP. Satu kg abu janjang setara dengan 0,6 kg MOP.
c. Abu janjang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
Sangat alkalis (pH = 12).
Sangat higroskopis (mudah menyerap uap air dari udara).
Mengiritasi tangan karyawan (menyebabkan gatal-gatal dan memperparah luka).
Hara yang terkandung di dalamnya amat mudah larut di dalam air.
d. Adanya sifat-sifat tersebut di atas, maka abu janjang harus cepat diaplikasikan (tidak boleh disimpan lama). Penyimpanan harus baik (sebaiknya dalam kantong plastik, tidak langsung dalam karung goni) dan selalu diperlakukan dengan hati-hati.
e. Abu janjang dengan kadar air lebih dari 10 % tidak dianjurkan untuk diaplikasikan. Aplikasi abu janjang dalam setahun tidak boleh lebih dari satu kali.
f. Abu janjang pada dasarnya adalah pupuk K dan sekaligus sebagai bahan pengapuran. Sasaran aplikasi lapangan terutama pada areal gambut dan tanah masam.
g. Tujuan aplikasi abu janjang adalah :
Sebagai pengganti pupuk MOP.
Sebagai bahan pengapuran untuk menaikkan pH tanah.

B. Areal Aplikasi Abu Janjang
a. Prioritas aplikasi abu janjang adalah pada areal gambut/tanah masam.
b. Persyaratan areal aplikasi adalah :
Tanah gambut dan tanah masam acid-sulphate : diberikan tiap tahun.
Di daerah dengan tanah masam bukan acid-sulphate (pH tanah 4-5), abu janjang hanya diberikan sekali saja dalam 5 tahun. Kalau diberikan terlalu sering maka ada resiko kenaikan pH tanah yang terlalu tinggi (> 5,5).
c. Pada tanah mineral, abu janjang hanya diberikan pada TM. Pada tanah gambut, selain pada TM abu janjang juga diberikan pada TBM tahun ke-2 dan ke-3.
C. Dosis dan Waktu Aplikasi Abu Janjang
a. Abu janjang dapat dipakai sebagai pengganti MOP dengan dosis aplikasi 5 kg abu janjang untuk setiap 3 kg MOP (dibagi dalam 2 kali aplikasi per tahun).
b. Pada TM, abu janjang dapat diberikan setiap waktu sepanjang tahun dengan memperhatikan cara aplikasinya dan jadwal waktu pengambilan sampel daun (minimal 2-3 bulan sebelum pengambilan contoh daun). Khusus untuk TBM harus diperhatikan bahwa jarak waktu antara pemupukan Urea dan abu janjang minimal 4-6 minggu.

D. Persiapan Aplikasi Abu Janjang
a. Abu janjang bersifat amat alkalis dan mengiritasi kulit (caustic), karena itu harus dicegah abu janjang mengenai kulit karyawan. Jika kulit terkena abu janjang maka harus segera dibasuh dengan air yang banyak.
b. Karyawan penabur abu janjang harus diperlengkapi dengan :
Sarung tangan dari karet yang panjang
Pakaian kemeja kerja lengan panjang
c. Karena abu janjang amat higroskopis (menyerap uap air dari udara), maka ukuran takaran harus dikalibrasi dengan berat abu janjang kering. Takaran ukuran 3,3 liter misalnya akan memuat abu janjang 2 kg.

E. Cara Aplikasi Abu Janjang
a. TBM di Tanah Gambut
Abu janjang disebar merata di daerah piringan. Waktu aplikasi harus mempunyai selang waktu minimal 4-6 minggu dengan saat aplikasi pupuk Urea.
b. TM di Tanah Mineral atau Gambut
Abu janjang disebar merata di luar piringan, dalam lingkaran mengelilingi pokok dimulai dari batas piringan ke arah luar (2,0-3,5 meter dari pokok).

  Sangat alkalis (pH = 12).
   Sangat higroskopis (mudah menyerap uap air dari udara).
   Mengiritasi tangan karyawan (menyebabkan gatal-gatal dan memperparah luka).
   Hara yang terkandung di dalamnya amat mudah larut di dalam air.
karena sifat-sifat abu janjang tersebut, maka abu janjang harus cepat diaplikasikan (tidak boleh disimpan lama), penyimpanannya harus baik (dalam kantong plastik, tidak langsung dalam karung goni) dan selalu diperlakukan dengan hati-hati.

Aplikasi abu janjang diprioritaskan untuk areal gambut/tanah masam.  Pada tanah gambut, selain pada TM abu janjang juga diberikan pada TBM tahun ke-2 dan ke-3.  Pada tanah mineral, abu janjang hanya diberikan pada TM.
Untuk tanah gambut dan tanah masam acid-sulphate, abu janjang diberikan tiap tahun.  Untuk daerah tanah masam bukan acid-sulphate (pH 4-5), abu janjang hanya diberikan sekali saja dalam 5 tahun.  Kalau diberikan terlalu sering maka ada resiko kenaikan pH tanah yang terlalu tinggi (> 5.5).

Tandan kosong kelapa sawit sebagai limbah padat dapat dibakar dan menghasilkan abu tandan. Abu tersebut ternyata mengandung 30 - 40% K2O, 7% P2O5, 9% CaO dan 3% MgO. Selain itu  juga mengandung unsur hara mikro yaitu 1.200 ppm Fe, 1.000 ppm Mn,  400 ppm Zn, dan 100 ppm Cu.
Sebagai Gambaran Umum bahwa pabrik yang mengolah kelapa sawit dengan 1.200 ton TBS/hari akan menghasilkan abu tandan sebesar 10.8% atau sekitar 129.6 ton abu/hari, setara dengan 5.8 ton KCL, 2.2 ton Kiserite dan 0.7 ton TSP. dengan penambahan polimer tertentu pada abu tandan dapat dibuat pupuk butiran berkadar K2O 30 - 38% dengan pH 8 - 9

          Kelangkaan pupuk KCL yang kerap kali dihadapi oleh perkebunan dapat diatasi dengan menggantinya menggunakan abu tandan. Biaya produksinya pun lebih rendah dibandingkan dengan harga pupuk KCL.

A. KANDUNGAN ABU JANJANGAN SAWIT
Palm oil mill waste as a source of potassium fertilizer on plant research has been conducted bunch ash utilization of palm oil mill waste as a source of potassium for rice . Bunch ash containing at 18.48 % K2O , 3.51 % Mg , 2.40 % Ca , and 1.95 % P2O5 . Based on the nutrient content of K , giving 325 kg / ha bunch ash is equivalent to giving 100 kg / ha KCl . Field experiments conducted in Ciparay , at 672 m altitude above sea level , from October 1998 to March 1999 .

     Research using randomized block design with seven treatments and three replications . The treatment consisted of a dose bunch ash 81.25 ; 162.50 ; 243.75 ; 325 , and 406.25 kg / ha KCl at a dose of 100 kg / ha , and control . The results showed that administration of a dose bunch ash on 406.25 kg / ha gave the highest yield of the production , the production of components ( number of panicles / clump , number of grains / panicle , and weight of 1000 grains ( grain pithy ) , the content of K in plants and dry weight plant . During the experiments conducted bunch ash administration at a dose 325 kg / ha can replace inorganic fertilizer KCl 100 kg / ha KCl .
       The results of this study provide benefits to rice production and protecting the environment . Management effectiveness bunch ash as a source of potassium fertilizer need to be supported by government policies .

Benefits bunch ash

Bunch ash is the result of slowly ashing of janjangan empty inside the incinerator . Bunch ash production is approximately 0.5 % of TBS . Bunch ash has kandunganhara Potassium ( K ) is high and can be used as a substitute for fertilizer MOP . One kilo gram bunch ash is equivalent to 0.6 kg of MOP .
Bunch ash application aims to replace MOP fertilizer and as a liming material to raise the soil pH . The results showed that fertilization with a bunch ash on peat soil fertilization is more effective than the MOP .

Guidelines for Preparation of dosage Fertilization
Combination of Organic Fertilizers And Chemicals
The properties of bunch ash , namely :

  Highly alkaline ( pH = 12 ) .
   Very hygroscopic ( readily absorbs moisture from the air ) .
   Irritating hands of employees ( causing itching and aggravate the wound ) .
   Nutrients contained in it is very easily soluble in water .
because the properties of the bunch ash , then a fast bunch ash should be applied ( may not be stored long ) , storage should be good ( in a plastic bag , not directly in burlap sacks ) and was always treated with caution .

Applications are prioritized for areas bunch ash peat / acid soil . On peat soils , in addition to the TM bunch ash is also given to the TBM in the 2nd and 3rd . In the mineral soil , bunch ash is only given to TM .
For peat soils and acid soils acid - sulphate , bunch ash is given each year . For acid soil areas not acid - sulphate ( pH 4-5 ) , bunch ash is given only once in 6 months .

Oil palm empty fruit bunches as solid waste can be burned and the resulting ash bunches . The ash turned out to contain 30-40 % K2O , P2O5 7 % , 9% and 3 % CaO MgO . It also contains micro-nutrients that 1,200 ppm Fe , 1000 ppm Mn , 400 ppm Zn and 100 ppm Cu .
Overview As that plant processing 1,200 tons of palm oil with TBS / day will produce bunch ash of 10.8 % , or approximately 129.6 tons of ash / day , equivalent to 5.8 tons of KCL , 2.2 tonnes and 0.7 tonnes of TSP kiserite . with the addition of certain polymers can be prepared in bunches ash fertilizer granules K2O levels of 30-38 % with a pH of 8-9

          KCL fertilizer scarcity which is often faced by growers can be overcome by replacing it using gray cluster . The cost of production was lower than the price of fertilizer KCL


Potassium Fertilizer | Organic Fertilizer | Palm Bunch Ash
CV. Sanjaya Multi Artha

Haris Sanjaya
Naga Timbul Street Ds. II Tanjung Morawa, 
Deli Serdang - Sumatera Utara 20362,
Phone: +6281 2603 6 8127
Skype : hariz_sanjaya
Whatsapp: : +6281 2603 6 8127






GEJALA DEFENISI


GEJALA DEFINISI

Defisiensi adalah suatu keadaan dimana tanaman kekurangan nutrisi tertentu, yang dapat dilihat dari gejala fisik tanaman terutama pada bagian daun dan batang. Seorang pekebun yang handal harus bisa mengetahui kondisi tanaman dikebunnya apakah dalam keadaan kekurangan nutrisi atau tidak. Dengan mengetahui status nutrisi tanaman dapat dibuat suatu rencana kedepan sebagai antisipasinya. Gejala defisiensi dapat dianlisa dengan cara berikut. Gejala defisiensi B, Ca, Cu, Fe, Mn, S, Zn, Ni dimulai dari pelepah paling muda. Gejala defisiensi N, P, K Cl, Mg dan Mo dimulai dari pelepah paling tua.

DEFISIENSI NITROGEN (N)
Gejala defisiensi nitrogen pada kelapa sawit dapat dilihat dari gejala fisik daunnya. Daun tua berwarna hijau pucat kekuning-kuningan. Ukuran anak daun dan tulang daun (tangkai pelepah) semakin mengecil. Anak daun menggulung kearah lidi yang akhirnya berwarna kuning. Gejala defisiensi dimulai dari daun tua. Defisiensi nitrogen dapat disebabkan oleh drainase yang tidak baik dan kondisi tanah yang miskin akan nutrisi seperti tanah berpasir. Gejala defisiensi seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.













DEFISIENSI FOSFOR (P)
Gejala defisiensi fosfor dapat dilihat dari bentuk batangnya yang seperti piramid. Panjang pelepah lebih pendek dari tanaman normal dan tanaman semakin kerdil karena terhambatnya pertumbuhan.


DEFISIENSI KALIUM
Bercak-bercak orange pada anak daun merupakan gejala defisiensi kalium pada tanaman kelapa sawit. Bercak orange ini dapat ditembus cahaya matahari. Gejala defisiensi Kalium dimulai dari daun tua ke daun muda. Gejala defisiensi kalium seperti yang terlihat pada gambat dibawah.


DEFISIENSI MAGNESIUM
Defieinsi magnesum dimulai dari daun tua ke daun muda. Gejala awal berupa warna hijau kekuningan yang dimulai dari ujung anak daun. Pada gejala yang lebih berat daun akan berwarna coklat kekuningan sampai kuning cerah. Gejala defisiensi magnesium seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.


WHITE STRIPE ATAU KESETIMBANGAN N/K > 2,5
White stripe terjadi karena ketidakseimbangan kadar nitrogen dengan kalium, dan diduga akibat terjadinya defisiensi boron. Rasio N/K tidak boleh melebihi dari 2,5. Pemupukan nitrogen seperti pupuk urea yang berlebihan dapat menyebabkan ketidakseimbangan N/K ini terjadi. Gejala white stripe berupa garis-garis putih yang memanjang sepanjang helaian daun terjadi pada kedua sisi tulang anak daun. Gejala white stripe biasanya selalu diikuti dengan gejala defisiensi boron. Gejala white stripe seperti gambar dibawah ini. 


DEFISIENSI BORON
Gejala defisiensi boron dapat berupa daun berkerut, anak daun seperti anak pancing, daun kecil, daun sirip ikan, anak daun pada ujung pelepah yang rata, ujung pelepah tumpul seperti dipotong dan anak daun sobek pada pangkal tulang anak daun. Gejala umum yang terjadi berupa kerutan pada anak daun yang dimulai dari ujung pelepah seperti gambar dibawah ini.


DEFISIENSI Cu
Defisiensi Cu dapat terjadi pada tanah gambut dan juga tanah berpasir. Gejala awalnya terjadi klorosis pada anak daun yang sudah membuka. Anak daun yang mengalami defisiensi Cu berubah menjadi kuning yang dimulai dari ujung daun dan diikuti dengan gejala nekrosis dan akhirnya daun mengering. Kelapa sawit yang menderita defisiensi Cu akan terlihat sangat kerdil.


DEFISIENSI Fe
Gejala defisiensi Fe berupa terjadinya klorosis pada anak daun searah dengan tulang anak daun pada pelepah muda, tetapi tulang anak daun tetap berwarna hijau. Anak daun pada pelepah termuda berubah warna menjadi keputihan anak daun pada pelepah tua tetap berwarna kuning.

KOMBINASI PUPUK KIMIA DAN ANORGANIK

DASAR PERTIMBANGAN
Prinsip Pemupukan adalah dengan biaya semenimal mungkin nutrisi tanaman dapat terpenuhi sesuai dengan yang dibutuhkan. Prinsip tersebut yang menyebabkan terjadinya perbandingan antar beberapa jenis pupuk, mana yang menghasilkan biaya paling rendah. Tentunya jika pemupukan dilahan mineral, pupuk kimia atau pupuk organik yang digunakan tidak jadi masalah asalkan menghasilkan biaya yang paling rendah. 
Pada kelapa sawit pupuk organik biasanya digunakan pada tanah-tanah marginal. Abu janjangan dan abu boiler biasanya digunakan untuk menaikkan pH tanah pada tanah gambut. Pada tanah berpasir kombinasi janjangan kosong, solid (DDS) dan pupuk kimia sangat baik untuk memulihkan keadaan tanaman yang mengalami defisiensi nutrisi berat. Tetapi untuk lahan normal seperti tanah mineral bertopografi datar kombinasi pupuk kimia dan pupuk organik sangat baik digunakan selama biayanya masih ekonomis.
Point pentingnya adalah sebelum menggunakan pupuk organik harus diketahui berapa kandungan nutrisi yang terkandung didalamnya dan berapa lama nutrisi yang terkandung didalamnya tersebut dapat diserap oleh tanaman. Hal demikian sangat penting agar tidak terjadi kesalahan dalam perhitungan kebutuhan nutrisi tanaman. Selanjutnya harus disusun jadwal pemupukan yang sedemikian rupa agar ketersediaan nutrisi bagi tanaman tersedia sepanjang tahun. Dasar pengaturan jadwal pemupukan adalah dengan memperhatikan berapa lama kandungan nutrisi dalam pupuk organik dapat diserap oleh tanaman dan curah hujan tahunan.
CONTOH
Karena kebun Pak James dekat dengan Pabrik Kelapa Sawit, Pak James bermaksud menggunakan solid sebagai pupuk organiknya. Setelah dihitung-hitung ternyata biaya pemupukan yang dibutuhkan jika menggunakan solid lebih murah dibanding dengan menggunakan pupuk kimia. Karena baru pertama kali menggunakan solid, Pak James bermaksud menggunakan kombinasi solid dengan pupuk kimia. Dosis solid yang dipakai Pak James adalah 100 kg/pokok/tahun. Maka Dosis pupuk kimia yang harus ditambahkan Pak James adalah sebagai berikut :
Bila menggunakan pupuk kimia 100%, maka dosis pupuknya adalah :

  • Urea = 2,5 kg/pokok/tahun
  • Rock Phospat = 1 kg/pokok/tahun
  • MOP = 3,5 kg/pokok/tahun
  • Dolomit = 2 kg/pokok/tahun
Nutrisi yang terkandung dalam solid 100 kg dengan Kadar Air 70 % (anggap kualitas paling rendah) setara dengan :

  • Urea 1,62 kg
  • Rock Phosphat 0,46 kg
  • MOP 2,04 kg
  • Dolomit 0,63 kg
Maka pupuk kimia yang harus ditambahkan adalah :
Urea  = 2,5 kg/pokok/tahun - 1,62 kg = 0,88 = 1 kg/pokok/tahun
Rock Phosphat = 1 kg.pokok/tahun - 0,46 kg = 0,54 = 0,5 kg/pokok/tahun
MOP = 3,5 kg/pokok/tahun - 2,04 kg = 1,496 = 1,5 kg/pokok/tahun
Dolomit = 2 kg/pokok/tahun - 0,63 kg = 1,37 = 1,5 kg/pokok/tahun
Jadwal pemupukan kebun Pak James adalah sebagai berikut, dengan asumsi data curah hujan seperti pada Tabel 2 sub judul Aplikasi pupuk 


APLIKASI SOLID DAN JANJANGAN KOSONG
Pada kelapa sawit TBM dimana ujung pelepah antara satu tanaman dengan tanaman yang lainnya belum bersentuhan solid dan janjangan kosong biasanya diaplikasikan didalam piringan. Pada tanah marginal seperti areal berpasir solid dan janjangan kosong juga diaplikasikan didalam piringan. Pada kelapa sawit TM atau tanaman yang sudah tua, dimana ujung pelepah satu tanaman dengan tanaman yang lainnya sudah bersentuhan aplikasi solid dan janjangan kosong diletakkan pada gawangan mati. Point prntingnya adalah jika aplikasi janjangan kosong didalam piringan, maka areal aplikasinya dimulai dari 50 cm dari pangkal batang sedangkan aplikasi solid didalam piringan dapat dimulai dari pangkal batang. Jika aplikasi solid dan janjangan kosong dilakukan didalam piringan, maka sebaiknya pupuk Urea tidak digunakan. Pupuk urea dapat digantikan dengan pupuk Majemuk. Teknis aplikasi solid dan janjangan kosong seperti pada Gambar 1.

T EKNIK APLIKASI PUPUK

PENGARUH CURAH HUJAN

Curah hujan adalah banyaknya air atau volume air yang dihasilkan dari air hujan yang biasa dinyatakan dalam mm. Jadi jika curah hujannya 100 mm maka volume air dalam luasan 1 ha (10.000 m2) adalah 1000 m3 atau 1 juta liter. Dengan kata lain curah hujan itu ibarat ketinggian air pada areal yang benar-benar datar.

Curah hujan itu sangat menentukan kapan waktu/jadwal pemupukan yang tepat sesuai dengan jenis pupuk yang akan diaplikasikan. Secara umum fungsi air dalam pemupukan adalah sebagai pelarut. Pupuk yang telah disebar akan dilarutkan oleh air agar nutrisi yang ada didalam pupuk dapat diikat oleh tanah. Nutrisi yang telah diikat oleh tanah dapat diserap oleh tanaman kelapa sawit melalui akar serabutnya (akar tertier). Tetapi apabila jumlah air hujan berlebih, nutrisi didalam pupuk tidak dapat diikat oleh tanah melainkan terbuang percuma terbawa aliran air hujan. Curah hujan yang kurang juga tidak baik karena pupuk tidak dapat dilarutkan sehingga nutrisi didalam pupuk tidak dapat diikat oleh tanah. Pupuk yang telah disebar tetapi belum larut secara umum nutrisinya tidak hilang karena masih berada didalam pupuk. Tetapi untuk kasus tertentu seperti pupuk urea, apabila tidak segera dilarutkan nutrisi didalam pupuknya akan hilang ke udara karena urea mempunyai sifat mudah menguap pada cuaca panas.
Kesimpulannya adalah untuk menentukan jadwal/waktu pemupukan berdasarkan curah hujan, sifat kimia dari pupuk yang akan diaplikasikan harus dipahami terlebih dahulu. Dengan demikian akan terdapat kesesuaian antara curah hujan dengan jenis pupuk yang akan anda aplikasikan. Pola pikirnya adalah seperti yang terlihat pada Gambar 1. Pengaruh curah hujan terhadap jenis pupuk terdapat pada Tabel 1

Pengukuran curah hujan dilakukan setiap hari secara berkesinambungan setiap tahunnya. Data hasil pengukuran curah hujan kemudian diolah seperti Tabel 2. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pemupukan pada bulan Maret, April, Agustus dan Nopember sebaiknya dihindari. Pada bulan Maret dan April, pupuk yang terbuang percuma sangat tinggi karena terjadi proses pencucian pupuk akibat curah hujan yang tinggi. Pada bulan Agustus penyerapan nutrisi oleh tanaman berjalan sangat lambat dan terganggu karena nutrisi didalam pupuk belum terlarut kedalam tanah akibat curah hujan yang tidak mencukupi.

PENGARUH SIFAT PUPUK
Pada tahap ini jenis pupuk yang digunakan sudah ditentukan pada tahap sebelumnya. Sebelum membuat jadwal pemupukan data curah hujan, sifat kimia pupuk dan data gejala defisiensi nutrisi harus dimiliki. Sifat kimia pupuk yang harus dipahami seperti pupuk urea yang mudah larut dan mudah menguap pada cuaca panas sehingga aplikasi urea pada curah hujan tinggi dan musim kemarau (curah hujan rendah) sangat tidak dianjurkan. Pupuk NPK, Dolomit dan Rock Phospat dapat diaplikasikan pada curah hujan tinggi karena mempunyai kelarutan yang lambat. Golongan pupuk yang bersifat sinergis dan antagonis pada saat aplikasinya harus mengikuti aturan tertentu seperti yang terdapat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
FREKWENSI APLIKASI PUPUK
Ketepatan frekwensi aplikasi pupuk akan sangat menentukan ketersediaan nutrisi bagi tanaman kelapa sawit sepanjang tahun. Semakin banyak frekwensi aplikasi pupuk maka kehilangan nutrisi yang tidak diserap tanaman dapat diminimalkan. Hanya saja frekwensi aplikasi pupuk yang banyak akan membutuhkan banyak pengeluaran. Jika luas kebun hanya satu hektar maka frekwensi aplikasi pupuk yang banyak tidak jadi masalah karena tenaga kerja untuk menebarkan pupuk dilapangan dilakukan oleh pemilik kebun sendiri. Kebun yang luas membutuhkan tenaga kerja pemupuk yang banyak, sehingga apabila frekwensi aplikasi pupuk terlampau banyak maka biaya pengeluaranpun semakin tinggi. Diperlukan suatu titik kesetimbangan frekwensi aplikasi pupuk yang tepat agar ketersediaan nutrisi tersedia sepanjang tahun dan biaya aplikasi pupuk dapat diminimalkan. Aturan yang biasa dianjurkan adalah sekali aplikasi pupuk jumlah pupuk tidak boleh lebih dari 3 kg.
Pada kelapa sawit TBM frekwensi aplikasi pupuknya lebih banyak dibandingkan dengan kelapa sawit TM. Sistem jaringan kelapa sawit TBM belum sebaik sistem jaringan kelapa sawit TM sehingga dengan frekwensi aplikasi pupuk yang banyak ketersediaan nutrisi sepanjang tahun lebih terjamin. Pada kelapa sawit TBM frekwensi aplikasi pupuk Urea dan MOP dianjurkan tiga kali setahun, Pupuk Kieserit, Dolomit dan Rock Phosphat dianjurkan dua kali setahun. Pada kelapa sawit TM pupuk Urea diaplikasikan dua kali setahun, MOP 2-3 kali setahun tergantung dari dosisnya, pupuk Rock Phospat, SP 36, TSP satu kali setahun, Kieserit dan Dolomit 1-2 kali setahun tergantung dari dosisnya.

AREA APLIKASI PUPUK
Ada tiga prinsip penting pada saat aplikasi pupuk dilapangan. Pertama yaitu pupuk akan sangat mudah diserap oleh tanaman apabila disebar setipis mungkin dan langsung bersentuhan dengan tanah. Kedua yaitu sebarkanlah pupuk pada daerah yang banyak terdapat akar serabut atau akar teriter yang merupakan akar yang berfungsi untuk menyerap nutrisi dari tanah. Ketiga yaitu nutrisi didalam pupuk akan cepat diserap tanaman apabila diaplikasikan segera setelah turun hujan.
Pada tanaman muda akar serabut paling banyak terdapat dipiringan atau sejauh ujung pelepah. Pada tanaman tua dimana ujung pelepah tanaman sudah saling bersentuhan dan tumpukan pelepah sudah banyak, akar serabut banyak terdapat pada tumpukan pelepah. Pada pupuk tertentu yang mudah menguap seperti pupuk urea tidak dapat diaplikasikan diatas tumpukan pelepah. Aplikasi pupuk urea harus bersentuhan langsung dengan tanah agar nutrisi didaam pupuk urea tidak menguap dan diaplikasikan segera setelah turun hujan. Metode aplikasi pupuk terdapat pada Tabel 5 dan Area aplikasi pupuk dipiringan dan susunan pelepah terdapat pada Gambar 2.


TAHAPAN REKOMENDASI


Rekomendasi pupuk kelapa sawit merupakan suatu proses untuk menentukan dosis dan jenis pupuk yang diberikan kepada tanaman kelapa sawit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi kelapa sawit pada luasan dan periode tertentu. Rekomendasi pupuk kelapa sawit dibuat untuk periode satu tahun. Hal ini dikarenakan tanaman kelapa sawit merupakan tanaman tahunan.

Suatu areal kelapa sawit yang akan dibuat rekomendasi pupuknya harus memenuhi kondisi sebagai berikut : 
  • Mempunyai tahun tanam yang seragam
  • Mempunyai jarak tanam yang seragam
  • Jenis tanah dan topografi lahan yang seragam

Tahapan dalam membuat rekomendasi pupuk kelapa sawit adalah sebagai berikut:

Pahami Kondisi Tanaman
Sebagai agronomist yang handal, harus bisa melihat apakah tanaman kelapa sawit dalam keadaan yang tercukupi nutrisinya atau tidak. Tercukupi atau tidaknya suatu nutrisi kelapa sawit dapat dilihat secara visual atau mata telanjang dari gejala defisiensi unsur hara atau dari hasil analisa daun. Misalnya tanaman mengalami gejala defisiensi Mg, maka progam pemupukan yang menjadi prioritas utama adalah pupuk yang mengandung magnesium.


Pahami Kebutuhan Hara Kelapa Sawit itu apa saja
Secara umum, tanaman membutuhkan 17 nutrisi esensial. Nutrisi ini,wajib dibutuhkan oleh tanaman dan satu jenis unsur hara saja yang kekurangan sudah cukup untuk menurunkan produksi. Tapi secara rutin, unsur hara yang rutin diberikan adalah nitrogen, phospor, kalium dan magnesium. Unsur hara lainnya biasanya sudah terpenuhi secara alami dari alam. Tetapi jika tanaman menunjukkan kekurangan unsur hara, misalnya hara Borat, maka pupuk yang mengandung borat wajib diberikan.

Harus tahu N, P, K, Mg yang dibutuhkan berapa banyak
Merupakan harga matijika untuk menghasilkan produksi 30 ton dibutuhkan kalium 1800 gram/pokok/tahun maka kalium seberat 1800 gram wajib diberikan. Apakah itu kaliumnya bersumber dari pemupukan, tersedia secara alami dari tanah dan lain sebagainya. Jika unsur hara yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan maka jangan diharapkan produksi yang diinginkan akan tercapai

Dosis Pupuk
Menentukan dosis pupuk berkaitan dengan jenis pupuk yang digunakan dan efisiensi pupuk tersebut. Setelah dapat ditentukan berapa banyak N, P, K, Mg,,,, yang dibutuhkan, maka tinggal mengkonversinya sesuai dengan pupuk yang digunakan dengan memperhatikan aspek efisiensi pupuk. Misalnya sudah ditentukan untuk produksi 30 ton dibutuhkan nitrogen 1000 gram/pokok/tahun. Pupuk yang akan digunakan adalah pupuk Urea. maka dosis pupuknya adalah 1000 gram : 0.46 : 0,7 = 3105 gram/pokok/tahun = 3 kg/pokok/tahun. 0.46 berarti pupuk urea mengandung 46% nitrogen dan 0.7 berarti efisiensi pupuk urea sebesar 70%.


Membuat Jadwal Pemupukan
Jadwal pemupukan sama pentingnya dengan menentukan dosis pupuk. Ketidaktepatan dalam menentukan jadwal pemupukan akan berpengaruh signifikan terhadap produksi yang dihasilkan. Sebagai contoh dosis pupuk urea 3 kg/pokok/tahun diaplikasikan per 6 bulan, berarti setiap kali aplikasi 1.5kg/pokok/tahun untuk target produksi 15 ton dalam waktu 6 bulan. Ternyata urea tidak tepat diaplikasikan per 6 bulan. Rotasi kedua diaplikasikan setelah 8 bulan aplikasi pertama. Maka secara matematis produksi 8 bulan pertama tetap 15 ton yang seharusnya sudah tercapai dalam 6 bulan pertama dan produksi 4 bulan berikutnya hanya sebesar 10 ton. Sehingga produksi per tahunnya menjadi 25 ton yang seharusnya 30 ton. produksi 30 bisa tercapai hanya saja tercapai dalam waktu 14 bulan bukan 12 bulan karena ada penundaan pupuk selama 2 bulan.

Jadwal pemupukan dipengaruhi oleh jenis pupuk yang digunakan, curah hujan, sifat pupuk dan gejala defisiensi. Berhati-hatilah dalam menentukan jadwal pemupukan.